SemenGresik memberikan apresiasi kepada para komunitas. Kepala Unit Komunikasi dan CSR PT Semen Gresik, Dharma Sunyata, menekankan ajang SGCC 2021 ini sebagai momentum untuk berlomba-lomba mengejar kebaikan di bulan suci Ramadhan. āMelalui kegiatan ini, PTSG berharap dapat menginsprirasi dan mendorong komunitas untuk ikut
Globalisasi dibangun dengan karakteristik ekonomi untuk mengintegrasikan bebagai elemen kehidupan kedalam system tunggal yang breskala dunia. Dengan demikian, maka akan terjadi eksploitas budaya local yang dikemas secara sistematis dalam bentuk komoditi kapitalis. Sesungguhnya hal ini merupakan ancaman terhadap keutuhan dan keaslian budaya lokal beserta pilar-pilar identitas yang membangunnya. Hal ini sangat nampak pada kesenian khususnya seni tari sebagai identitas budaya Bali, sehingga memerlukan revitalisasi terhadap tari Bali melalui konsensus bersama antara intelektual, seniman, tokoh-tokoh agama, beserta para pengusaha untuk merumuskan kembali kesenian dalam menghadapi era globalisasi. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Taritor tor pangrason adalah tarian yang dilakukan saat ada pesta besar. Sebelum acara dimulai, maka tempat atau lokasi pesta harus dibersihkan dengan jeruk purut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghindari bahaya dan musibah. 2. Tor Tor Sipitu Cawan. Tarian ini juga disebut tari tujuh cawan.
Ilustrasi Bali. Sumber Artem merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki beragam daya tarik mulai dari keindahan alamnya, keramahan penduduknya, serta pertunjukan tari yang menjadi wisata bagi para pelancong. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertunjukkan adalah sesuatu yang dipertunjukkan atau yang menjadi tontonan. Melalui artikel ini, mari kita jelajahi salah satu kekayaan seni di Tari Bali di IndonesiaHadi 2018 15 dalam bukunya yang berjudul Revitalisasi Tari Tradisional menjelaskan bahwa Pulau Bali memiliki banyak macam tari tradisional. Baik Bali Aga maupun Bali Majapahit, keduanya memiliki aneka ragam tari yang bersifat sakral atau jenis tarian wali, tarian bebali, dan tarian balih-balihan. Adapun macam-macam tarian itu adalah sebagai wali Rejang dan Baris GedeTarian bebali Topeng Pajegan dan Wayang WongTarian balih-balihan Legong dan KebyarMacam-macam tarian yang disebutkan di atas,hanya beberapa contoh dari beragam tarian di Bali. Namun, jika mendengar atau membaca kata Tari Baliā tentu Tari Kecak atau Tari Pendet menjadi poin yang paling akrab di ingatan Anda. Jika belum bisa jalan-jalan ke Bali, yuk kita simak daftar pertunjukan Tari Bali yang perlu Anda kunjungi suatu saat nanti!Ilustrasi Pertunjukan Tari Bali. Sumber Aditya Pertunjukan Tari BaliPertama, Tari Kecak di Amfiteater Pura Uluwatu. Tari Kecak merupakan tarian yang dilakukan oleh sekelompok penari laki-laki dengan jumlah puluhan atau lebih yang duduk melingkar dan mengucapkan kata ācakā sambal mengangkat tangannya. Jika ingin menonton tarian ini, Amfiteater Pura Uluwatu adalah salah satu tempat yang tepat. Pasalnya, tarian ini dipertunjukkan untuk umum dan bisa disaksikan jelang matahari terbenam. Bisa dibayangkan ya, betapa indahnya menikmati sunset di Uluwatu diiringi dengan semarak pertunjukan Tari Kecak?Kedua, Tari Barong di Garuda Wisnu Kencana. Kawasan yang menjadi objek wisata baru di Bali ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati tarian tradisional setiap harinya. Biasanya pertunjukan dimulai di amfiteater mulai pukul 1100 sampai dengan pukul 1140 Anda punya rekomendasi tempat pertunjukan tari di Bali yang lainnya, tuliskan di kolom komentar ya! AA
Kini tarian unik dan menghibur ini bisa ditemui hampir seluruh tempat di Bali. Tari Kecak yang berasal dari Bali ini juga sekaligus menjadi salah satu daya tarik global bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Baca juga: 34 Daftar Lagu Daerah di Indonesia beserta Asalnya Lengkap.
Tari merupakan seni yang dipersembahkan kepada Sang ANTARA News - Bali tiada hari tanpa alunan musik gamelan melengkapi kegiatan ritual yang digelar masyarakat Pulau Dewata maupun mengiringi kelincahan dan olah tubuh sang penari. Musik dan tari ritual itu yang membuat Bali mampu memberikan daya tarik sekaligus kesejukan kepada setiap masyarakat, termasuk wisatawan dalam menikmati liburan ke Bali. Adat, budaya dan agama di Bali menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan memberikan makna dalam tata keagamaan masyarakat Hindu di Pulau Dewata, tutur dosen Institut Hindu Dharma Negeri IHDN Denpasar, Dr I Wayan Suarjaya, Mantan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama itu menjelaskan, aktivitas keagamaan secara umum yang nampak hanya ia menilai, pada kenyataannya seperti kegiatan ritual "piodalan" di Pura, misalnya yang pertama dilihat adalah budaya berupa, seni karawitan, seni tari, seni kidung dan rangkaian janur banten. Seni budaya selalu mengiringi kegiatan keagamaan baik dalam bentuk "Panca Yadnya", yang dikemukakannya, maupu aktivitas keagamaan lainnya. Seni tari merupakan aktivitas masyarakat yang menunjang kegiatan keagamaan dan budaya masyarakat. Seni pada awalnya tumbuh sebagai kreativitas yang dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sanghyang Widhi sebagai wujud bhakti. Seni tari merupakan bagian dari hasil kreativitas budaya yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Seni sakral merupakan karya seni yang berkaitan dengn aktivitas keagamaan yang mempunyai nilai filosofis tinggi, yakni suatu kekuatan magis religius yang berkaitan dengan upacara keagamaan, tutur pria kelahiran Tabanan 3 Mei 1952 atau 61 tahun yang silam. Oleh sebab itu, ia menyatakan, seni sakral hanya dipentaskan pada waktu tertentu, yaitu hari-hari yang ada hubungannya dengan upacara merupakan seni yang dipersembahkan kepada Sang Pencipta, sebagai penghormatan tertinggi kepada itu, tari juga estetika budaya yang dibingkai oleh religiusitas Hinduisme sehingga tetap menarik untuk dinikmati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Dengan demikian, agama dan kehidupan adat istiadat di Bali secara tidak langsung dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat, terutama dalam bidang seni gamelan, seni tari, seni lukis, seni pahat dan seni hias. Kesenian apa pun, menurut Suarjaya, bentuknya pada dasarnya merupakan hasil altivitas budaya dalam wujud ekspresi dan kreativitas seniman. Seni merupakan hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kaitan ritual Suarjaya, alumnus program master dan doktoral di Universitas Indonesia UI, mengungkapkan bahwa berbagai jenis kesenian hasil kreativitas masyarakat Bali yang diwarisi secara turun temurun umumnya mempunyai kaitan erat dengan kegiatan ritual keagamaan yang dianut masyarakat setempat. Oleh sebab itu, ia menyatakan seni, khusus tabuh dan tari, banyak dikaitkan dengan pemujaan maupun kegiatan adat dan ritual yang menggelar upacara Dewa Yadnya misalnya, sering kali mengiringinya dengan menentaskan tari pendet, rejang, baris dan sejenisnya. Sedangkan, dikemukakannya, upacara ngeruwat melukat biasa dipentaskan wayang sapuleger, maupun wayang lemah. Oleh karena itu, banyak hasil kreativitas kesenian yang ditujukan untuk suatu pemujaan tertentu, atau sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional juga berkembang seni pertunjukkan yang sifatnya memberikan hiburan atau menghibur masyarakat dan pelancong melalui kebebasan berekspresi. Kesenian, dinilainya, adalah sebuah ekspresi yang memancarkan naluri seseorang dalam menggelutinya, sehingga menimbulkan rasa estetis, baik bagi pencipta, pelaku, maupun penikmatannya. Ia mengemukakan pula kesenian pada dasarnya berfungsi untuk menghaluskan jiwa, sekaligus untuk kepentingan adat, budaya dan agama peristiwa multidimensional. Semua itu bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya tradisi Bali, terutama nilai-nilai estetika melalui berbagai sajian kesenian dalam bentuk aktivitas keagamaan dan budaya di Pulau Dewata. Masyarakat Bali mewarisi aneka ragam jenis kesenian, mulai seni yang bersipat profane hingga seni yang bersifat sakral. Tari profan atau bukan sakral bisa disewa. Berfungsi sebagai hiburan atau pendukung dari suatu acara tertentu. Tidak mesti menggunakan peralatan atau perlengkapan tertentu yang bersifat sakral, menurut dia, karena kesenian Bali digolongkan menjadi tiga, yakni seni wali, bebali dan balih- sundaram keindahan. Sedangkan seni sakral tidak dapat digunakan sembarangan kesakralan sebuah tarian dalam kegiatan keagamaan, ada beberapa ketentuan dalam menjadikan tarian tersebut menjadi sakral. Pertama, dari segi upacara keagamaan, artinya setiap kegiatan mulai dari memilih bahan seperti kayu untuk topeng tapel harus memilih hari yang baik dan upacara yang dari segi penarinya, ada sebuah tarian harus dipentaskan atau dilakukan oleh orang yang dianggap masih suci artinya orang yang belum pernah kawin deha, dan ketiga menyangkut hari pementasannya memilih hal dewasa yang baik. Tari sakral, Suarjaya, adalah tari yang dipersembahkan kehadapan Ida Betara atau Hyang Kuasa dengan ritual tertentu pada hari tertentu untuk aktivitas keagamaan dan budaya, sehingga upacara bisa berhasil dengan sempurna Sidha Karya. Dengan demikian para Dewa berkenan memberi berkah berupa kesejahteraan jasmani dan rohani atau skala dan niskala, misalnya barong yang ada di pura diberi persembahan puja wali ritual dan disolahkan atau ditarikan pada saat Piodalan atau karya tertentu adalah suatu hal yang sakral. Kesakralan, dinilainya, akan terkait dengan sebuah ritual tertentu. Sakral atau tidaknya suatu tarian atau pertunjukkan seni dapat diukur dari beberapa kategori umum seperti tari sakral tidak pernah diupah atau disewa untuk suatu pertunjukan hiburan atau itu, ditambahkannya, juga berfungsi sebagai pelaksana atau pemuput karya, membawa atau menggunakan suatu perlengkapan atau peralatan yang yang akan menari adalah orang pilihan. Baik itu secara skala melalui pilihan dan persetujuan dari masyarakat pendukung, demikian Wayan I Ketut SutikaEditor Priyambodo RH COPYRIGHT Ā© ANTARA 2013
MANGUPURA Beachwalk memberikan apresiasi melalui āThe Beauty of Baliā kepada tujuh wanita yang telah memberikan kontribusinya di Bali dalam berbagai bidang. Apresiasi āThe Beauty of Baliā ini diadakan di Kitchenette, Beachwalk level 1.
DENPASARā Pemprov Bali resmi melarang pementasan tari sakral Bali di luar kegiatan upacara adat masyarakat Hindu Dinas Kebudayaan Bali, I Wayan Kun Adnyana mengatakan, langkah ini dilakukan menyusul semakin banyaknya seni tari sakral yang banyak bergeser dan mulai dipentaskan untuk kepentingan fenomena tersebut menimbulkan keresahan dan keprihatinan di masyarakat terutama bagi para seniman, budayawan, pemuka adat karena bisa melunturkan nilai-nilai kesakralan, memudarnya keutuhan seni, aura magis, muatan taksu budaya Bali."Jadi upaya ini sebagai upaya untuk memberikan penguatan dan perlindungan terhadap tari sakral Bali," ujarnya saat ditemui di rumah jabatan Gubernur Bali Denpasar, Selasa, 17/9/2019. Surat keputusan bersama tersebut diketahui total ada 127 jenis tarian yang dilarang, namun kedepan tidak menutup kemungkinan bisa bertambah lagi sesuai dengan usulan Bali Wayan Koster menyebut seni budaya yang ada di Bali bukan seni biasa, melainkan berakar dari karya yang diciptakan untuk kepentingan upacara. Di mana kepentingan agama dan upakara agama dijalankan dengan satu tradisi adat istiadat yang juga diisi dengan unsur seni. Baca JugaMotivasi Penari Bali Lestarikan Budaya Pulau DewataEmpat Tradisi Denpasar jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia "Itulah kelebihan kita di Bali, ada gamelan serta tarian. Tariannya bersifat sakral karena dipentaskan saat ada upacara agama,ā menegaskan, masyarakat juga perlu memahami pentingnya hal ini, dan memang harus dijaga bersama kesakralannya, sebagai suatu karya kreatif yang dibuat untuk upacara keagamaan, adat, agama dan budaya dalam satu juga menampik bahwa langkah ini sebagai upaya untuk mengekang kreativitas, seniman yang ada di Bali. "Silahkan berkreasi dengan berbasis kepada seni tradisi sakral, namun tentu dibedakan dari garapan dan kemasannya. Namanya pun beda. Ini semata-mata untuk kepentingan penguatan kesakralan tari tradisi kita, agar kita punya pagarā untuk mengontrol hal tersebut. Mudah-mudahan ini jadi langkah penting kita untuk memajukan kebudayaan di Bali," itu, rektor institut seni indonesia ISI Denpasar I Gede Arya Sugiartha menyebut daftar tarian yang disakralkan tersebut sudah melalui kajian antara lain melibatkan tim dari ISI Denpasar, dinas Kebudayaan provinsi Bali serta majelis pertimbangan dan pembinaan kebudayaan Listibya menuturkan, kedepan tetap diperlukan kegiatan sosialisasi terkait kesepakatan ini agar tidak terjadi salah pemahaman masyarakat."Sekali lagi ini bukan mengekang kreativitas, namun upaya untuk mendudukkan seni sakral ini di tempat yang semestinya. Unsur nilainya bisa berkembang lagi di masyarakat,ā tarian sakral yang disusun tersebut berdasarkan kepada rumusan di tahun 1971 dengan klasifikasi bertajuk Wali, Bebali dan Bali-Balihanā yang diartikan sebagai wali sakral atau bebali upacara dan balih-balihan hiburan. Tari wali dan bebali dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari bebali di halaman tengah sehingga dapat dikategorikan sebagai tarian sakral. Sebaliknya tari balih-balihan ditarikan di halaman luar pura dalam acara yang bersifat hiburan lebih ditekankan kepada sisi artistiknya dan bisa dipentaskan di tempat lain, untuk pariwisata dan Wali, Bebali dan Bali-Balihanā tersebut sudah dienkripsi oleh UNESCO sehingga wajib adanya untuk dilestarikan dan dijaga lebih kuat terhadap perubahan-perubahan zaman. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini bali tarian
DownloadCitation | PELATIHAN TARI PANYEMBRAMA SEBAGAI PENGENALAN BUDAYA BALI DI SMA NEGERI 2 PADANGPANJANG | Kegiatan Pengabdian Bagi Masyarakat berbasis Prodi ditujukan untukmelatih siswa-siswi
Seni budaya, adat dan agama yang dianut sebagian besar masyarakat Bali merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan memberikan arti, fungsi dan makna dalam tata keagamaan di Pulau Dewata. Aktivitas ritual secara umum yang nampak adalah budayanya, seperti pada saat piodalan di Pura, baik seni sastra, seni tabuh kerawitan, seni tari, seni kidung dan merangkai janur jejahitan banten. Seni budaya memang selalu mengiringi aktivitas ritual baik dalam bentuk Panca Yadnya, maupun keagamaan lainnya, sehingga seni tari menjadi aktivitas yang menunjang kegiatan keagamaan dan budaya masyarakat di Bali. Tumbuhnya seni budaya pada awalnya merupakan kreativitas yang dipersembahkan kepada Sanghyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud bhakti, tutur Dosen Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri IHDN Denpasar Dr I Wayan Suarjaya, MSi. Mantan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI itu menjelaskan, seni tari merupakan bagian dari hasil kreativitas budaya yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Seni sakral adalah karya seni yang berkaitan dengn aktivitas keagamaan yang mempunyai nilai filosofis tinggi, mengandung suatu kekuatan magis religius dan berkaitan dengan ritual. Seni sakral hanya dipentaskan pada waktu tertentu, yakni hari-hari yang mempunyai hubungan dengan ritual keagamaan tertentu. Seni tari pada awalnya merupakan seni yang dipersembahkan kepada sang Pencipta, sebagai penghormatan tertinggi kepada Tuhan. Gerak tari yang menyuguhkan estetika budaya dalam bingkai religius Hindu tetap menarik untuk dinikmati, sehingga Bali sebagai daerah tujuan wisata itu mampu menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri. Dr I Wayan Suarjaya yang juga pengurus komunitas pengkajian agama, budaya dan pariwisata Bali menjelaskan, kegiatan ritual dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam kepada masyarakat yang mendalami bidang seni pahat, gamelan, lukis, tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil aktivitas budaya dalam wujud ekspresi dan kreativitas seniman. Seni hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya. Dengan demikian menjadi sebuah ekspresi yang memancarkan naluri seseorang dalam menggelutinya, sehingga menimbulkan rasa estetis baik kepada pencipta, pelaku, maupun penikmatannya. Sentuhan seni yang mampu menghaluskan jiwa, sehingga kegiatan adat, budaya dan agama yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun mampu menanamkan nilai-nilai budaya tradisi Bali. Kerinduan Ingin Bertemu Dr I Wayan Suarjaya, pria kelahiran Tabanan itu menjelaskan, dalam aktivitas keagamaan dan budaya mengandung rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri. Seniman ingin menjadi satu dengan seni itu sesungguhnya setiap insan di dunia ini adalah percikan dari seni. Melalui sifat religius masyarakat dan ajaran agama yang universal dan semua penganut dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan berbagai gerakan tari dikaitkan dengan pemujaan serta bentuk dan fungsi ritual yang dilaksanakan seperti ritual Dewa Yadnya dengan mementaskan tari Pendet, Rejang, Baris dan sejenisnya, Sedangkan untuk ritual ngeruwat melukat mementaskan kesenian wayang Sapuleger dan wayang Lemah. Dengan demikian banyak tumbuh berbagai jenis kesenian yang memang ditujukan untuk suatu pemujaan tertentu, atau juga sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Selain itu juga berkembang seni pertunjukkan yang sifatnya menghibur. Melalui kebebasan berekspresi dalam rangka pemujaan maupun sebagai pendukung dari suatu ritual tertentu, maka di Bali ada digolongkan menjadi dua buah sifat pertunjukkan atau seni, yakni seni wali yang disakralkan dan profan yang hanya berfungsi sebagai tontonan atau hiburan. Seni tari dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena tidak dapat dipisahkan dari aktivitas keagamaan dan budaya masyarakat di Bali. Tempat suci pura maupun candi yang dibangun begitu indahnya sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap relegius masyarakat. Seniman pregina dengan penuh semangat "ngayah" atau menari tanpa pamerih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud aktivitas keagamaan dan budaya bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dr I Wayan Suarjaya yang pernah menjabat Ketua STAHN Denpasar yang statusnya kini ditingkatkan menjadi IHDN Denpasar itu menambahkan, aktivitas keagamaan dan budaya yang ditunjang oleh seni tari disebut dengan tari sakral. Tari sakral atau tari wali merupakan tari yang dipentaskan dalam rangka suatu piodalan atau yadnya dan penarinya disucikan secara ritual terlebih dulu. Kesucian tarian tersebut terdapat pada peralatan yang dipergunakan seperti tari pendet yakni pada "canang sari", "pasepan", dan "tetabuhan" yang dibawa. Demikian pula tari Rejang kesucian itu pada gelungan perhiasan kepala serta benang penuntun yang dililitkan pada tubuh penari khusus rejang renteng. Topeng Sidakarya pada bentuk tapel, kekereb, beras sekarura, dan lain-lainnya, mempunyai nilai-nilai filosofis yang tinggi. Kegiatan ritual yang disertai dengan topeng Sida Karya, sebagai simbul suksesnya kegiatan itu sida karya bermakna untuk menyempurnakan sebuah yadnya pengorbanan suci, tutur Dr I Wayan Suarjaya. LHS
Pertunjukanwayang kulit menjadi salah satu pertunjukan yang banyak diminati wisatawan di Lobar. LOBAR, POSBALI.CO.ID ā Ada yang berbeda pada Senggigi Sabtu (2/10), empat pagelaran seni dan budaya di tempat berbeda dalam waktu bersamaan dengan tajuk Road to Festival Pesona Senggigi 2021, seperti memberikan kilau baru bagi cuaca malam di kawasan
Salah satu kandungan kekayaan di Indonesia adalah kekayaan manusia dalam bentuk budaya. Seni tari merupakan salah satu budaya yang dihasilkan dari pemikiran dan interaksi mansuia. Selain menyuguhkan keindahan dari lenggak lenggok badan, ada juga makna dari setiap gerakan. Di antara tarian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke adalah tari Bali. Tarian ini memiliki keunikan karena tidak selalu bergantung pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal antara lain Pendet, Gambuh, Baris, Sanghyang dan Legong. Tari Bali sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan pada kegiatan-kegiatan di luar acara keagamaan dengan beberapa modifikasi. Tari Bali Mendapat Pengakuan dari Masyarakat Internasional Perkembangan tari Bali ternyata tidak hanya diakui oleh masyarakat lokal, namun juga masyarakat internasional. Dalam konvensi Komite Antarpemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda pada 29 November hingga 4 Desember 2015 di Windhoek, Namibia, UNESCO mengakui tiga genre tarian tradisional di Bali, Indonesia, sebagai Warisan Budaya Takbenda setelah diusulkan sejak 2011. Di dalam konvensi tersebut yang diusulkan ada tiga bagian penting, antara lain Wali tarian sakral, Bebali tarian semi-sakral/upacara dan Balih-balihan tarian untuk tujuan hiburan. Mengutip buku Ensiklopedi Tari Bali karya I Made Bandem yang diterbitkan oleh Akademi Seni Tari Indonesia pada tahun 1983, tari Wali dan Bebali hanya dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari Wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari Bebali di halaman tengah jaba tengah. Sebaliknya tari Balih-balihan ditarikan di halaman luar pura jaba sisi dalam acara yang bersifat hiburan. Dari ketiga genre tarian tersebut dapat diwakili oleh sembilan tarian. Oleh karenanya dengan menyaksikan tarian-tarian tersebut dapat menjadi representasi atas seluruh kehidupan masyarakat di Pulau Dewata. Tiga Kategori Tari Bali 1. Wali Genre tari Bali yang pertama adalah tari Wali. Tarian ini dilakukan pada setiap kegiatan upacara adat dan agama Hindu di Bali. Di Pura, tarian ini dipentaskan di area terdalam pura Jeroan. Tari Wali memiliki jenis tarian lain seperti Rejang, adalah tarian yang ditampilkan oleh para wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara. Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai. Baris, jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari. Pendet, adalah tarian pembuka upacara di pura. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. Gerakan Tari Pendet lebih dinamis dibanding Tari Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan. Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala. Barong adalah seni tari yang menceritakan pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Tokoh utama adalah barong, hewan mistik yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan, seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor. 2. Bebali Genre tarian ini banyak dipentaskan tepatnya di tengah halaman pura. Tari ini tidak boleh sembarang dimainkan karena ada unsur sakral di dalamnya. Namun meski demikian tarian ini tetap menghibur baik bagi masyarakat lokal maupun turis. Jenis tarian Bebali, antara lain Gambuh Klungkung, adalah sendratari Bali yang tertua. Musik, literatur dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari periode Majapahit di Pulau Jawa. Pertunjukkan ini biasanya ditampilkan di pura pada saat hari-hari besar dan upacara. Topeng Sidhakarya/Topeng Pajegan Tabanan. Dilakukan oleh penari bertopeng untuk menetralisir roh jahat. Wayang Wong, Drama tari Buleleng. Menggabungkan tarian, drama epik, dan musik. 3. Balih-balihan Pada genre tari Bali yang ketiga adalah Baih-balihan. Jenis tarian ini tidak memasukkan unsur agama di dalamnya dan cenderung menonjolkan aspek menghibur. Penampilan tari ini dapat digelar di depan atau luar pura. Adapun jenisnya antara lain Janger adalah tarian pergaulan yang dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Penari putri mengenakan mahkota berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kelapa kering. Sebagian besar tarian ditampilkan dalam posisi duduk, dengan gerakan-gerakan tangan, bahu dan mata. Kebyar atau kekebyaran dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari. Tari ini diiringi dengan permainan gamelan gong kebyar. Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat bidadari. Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan gamelan semar pagulingan. Kecak adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengah. Tari kecak tak diiringi musik, tetapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata-kata "cak, cak, cak" untuk menghasilkan suatu paduan suara unik. Joged Bumbung Buleleng. Tarian sosial populer oleh pasangan, selama musim panen atau pada hari-hari penting. Demikianlah genre tari Bali beserta jenis tariannya yang bisa menjadi salah satu unsur keagaamaan dan budaya sekaligus hiburan bagi masyarakat.
oGrD. y7gdgs1wj6.pages.dev/58y7gdgs1wj6.pages.dev/108y7gdgs1wj6.pages.dev/346y7gdgs1wj6.pages.dev/342y7gdgs1wj6.pages.dev/123y7gdgs1wj6.pages.dev/130y7gdgs1wj6.pages.dev/392y7gdgs1wj6.pages.dev/242y7gdgs1wj6.pages.dev/364
kegiatan mengapresiasi tari bali dilakukan melalui